Banyuwangi, 10 Oktober 2024
Surabayasatu.net - Pj. Gubernur Jawa Timur secara resmi meletakkan patung Patih Gadjah Mada yang merupakan salah satu prajurit terbaik dari kerajaan Majapahit di Kawasan Wisata Bangsring Underwater.
Selain patung Patih Gadjah Mada, pada hari ini kamis (10/10/2024), 17 patung replika dari Kerajaan Majapahit dan monument patung Mas Bagus Wangsakarya secara resmi bagian dari pengembangan wisata bawah laut di Kawasan Bangsring Underwater.
Selama ini kita mengenal Bangsring Underwater dengan biota laut baik itu terumbu karang, ikan, penangkaran hiu, dan berbagai macam model eco-tourism bawah laut, maka pada hari ini Pj. Gubernur Jawa Timur di damping oleh Bupati Banyuwangi serta Ibu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur menambah pesona Bangsring Underwater dengan Majapahit Warriors Underwater.
Hal ini dimaksudkan agar wisatawan memiliki pengalaman yang unik ketika melaksanakan kegiatan snorkeling maupun diving dikawasan Bangsring Underwater. Selain sebagai tempat wisata, Bangsring Underwater akan menjadi tempat edukasi, baik di sector lingkungan laut maupun sejarah.
Terkait dengan monument patung Mas Bagus Wongso Karyo, beliau adalah tokoh Blambangan yang dikenal sebagai guru dari Susuhunan Prabu Tawang Alun kerajaan Macan Putih. Beliau adalah tokoh yang gigih mengangkat harkat diri Blambangan.
Dengan berpegang pada falsafah andhap asor terhadap manusia dan alam, beliau mengajarkan keteguhan dalam kelenturan. Berprinsip pada watak air yang menghidupi dan meliputi segala yang hidup.
Tutur lisan mengatakan beliau bertapa di dalam laut. Bermakna laut adalah kebijaksanaan dan kesempurnaan. Tutur lisan juga mengatakan hendaklah anak cucunya rendah hati dalam memperlakukan makhluk di darat dan di air.
Sementara itu Majapahit dikenal sebagai Kerajaan Hindu Budha terbesar di Nusantara. Mulai berkembang antara tahun 1293M – 1525M dimana masa ke-emasan Majapahit diperintah oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1351M – 1389M. Wilayah pusat Majapahit terletak di Pulau Jawa bagian timur yang terbagi atas beberapa Nagara dengan dipimpin oleh penguasa daerah yang disebut dengan Bhre.
Salah satu Nagara yang paling terkenal yakni Lamajang (Lumajang) yang menguasai wilayah timur pulau jawa. Kawasan Nagara Lamajang disebut Lamajang Tigang Juru karena memiliki 3 batas pantai yakni Selat Madura, Selat Bali, dan Samudera Hindia.
Beberapa tokoh penting dalam Majapahit selain Mahapatih Gadjah Mada yang terkenal dengan keperkasaan dan kiecerdasannya, juga kita kenal Mpu Nala yang mendampingi Patih Gadjah Mada pada saat melakukan penyerbuan ke Bali maupun di Dompo, Sumbawa. Hal ini diceritakan dalam prasasti, kitab Nagarakertagama dan serat Pararaton.
wilayah Banyuwangi dikembangkan menjadi Majapahit Warrior Underwater sebagai mana disebutkan diatas bahwa sebagai bagian dari Lamajang Tigang Juru, Banyuwangi sudah sejak lama menjadi wilayah yang menghubungkan antara Jawadwipa, Madura, dan Balidwipamandala, serta telah menjadi tradisi bahwa masyarakat Banyuwangi sejak dulu lihai dalam berlayar menguasai samudera karena mempunya 3 pantai disekitar wilayahnya (Tigang Juru). Hal ini menunjukkan masyarakat di wilayah Banyuwangi dapat menjadi penerus semangat Gadjah Mada dan Laksamana Mpu Nala Wiramandalika sebagai prajurit maritim yang hebat.
Gadjah Mada dan Mpu Nala sebagai sepasang pahlawan Majapahit yang berhasil membawa kemegahan Majapahit di Nusantara. Gadjah Mada adalah pengatur strategi yang hebat. Hal ini sudah sepantasanya dapat kita ekspresikan sebagai ikon dikawasan yang akan dikembangkan menjadi “Majapahit Warrior Underwater”.
Dari cerita relief candi Jabung (Probolinggo), Candi Surawana (Kediri), dan Pendopo Teras Dua Candi Penataran (Blitar) dapat kita Tarik cerita bahwa Kerajaan Blambangan merupakan bagian dari Majapahit.
Dari berbagai relief pada Candi tersebut, terdapat berbagai kisah-kisah seputar Kerajaan Blambangan. Pada Candi Jabung dan Surawana terdapat Relief Putri Sri Tanjung yang dituduh oleh suaminya Raden Sidapaksa sebagai istri tidak setia.
Kemudian dibunuh dengan Keris dan arwahnya menyebrangi sungai kematian dengan menaiki lumba-lumba hingga di tolong Ra Nini (Batari Durga). Di Banyuwangi, Dewi Sri Tanjung dibunuh suaminya dan jenazahnya diceburkan di sungai yang kotor dan berbau. Akan tetapi, seketika sungai itu menjadi bersih, jernih, dan berbau harum sehingga dinamakan Banyuwangi.
Majapahit Warrior Underwater 2024 merupakan salah satu bentuk apresiasi atas Kejayaan Majapahit di perairan Nusantara. Dimana kegiatan ini, tidak berkaitan dengan konflik dalam kisah Blambangan – Minak Jinggo yang memang harus ditinjau ulang kebenarannya, sebab sumber-sumber sejarah otentik tidak pernah memberitakan konflik tersebut.
Diharapkan kedepan Majapahit Warrior Underwater akan memajukan potensi wisata, budaya, sejarah, dan pesona alam bawah laut sembari mengangkat kejayaan Tiga ing Juru di wilayah Banyuwangi.
Di sisi lain, sang Ratu Suhita, salah satu penguasa Majapahit (1429M – 1447M) memiliki darah Banyuwangi. Hal ini, sesuai dengan cerita Bhre Wirabumi berkuasa di Kedaton wetan Blambangan, maka Ratu Suhita yakni Putri dari Bre Wirabumi berdarah Blambangan dan juga pernah memerintah Majapahit pada abad ke-15 bersama suaminya Aji Ratnapangkaja, dan Ratu Suhita di Dharma kan suatu tempat daerah Jebug, Kabupaten Tulungagung dimana Arca seorang Ratu telah ditemukan di tempat tersebut dan sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia Jakarta.***SO