SURABAYA, 16 jULI 2024
Surabayasatu.net - Ditengah pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Tahun 2024, kabar gembira bagi siswa SMA, SMK dan SLB yang tidak mampu akan menerima seragam secara gratis dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur."Bagi yang tidak mampu, kita siapkan. Jadi kami tidak memaksakan karena di dalam MPLS kalau belum punya seragam, tidak perlu harus wajib. Jadi bisa meringankan para orangtua," kata Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono di Surabaya.
Tercatat, ada sebanyak 29.481 buah seragam dibagikan secara serentak dan gratis kepada siswa tidak mampu yang tersebar di 4.060 sekolah jenjang SMA, SMK, SLB Negeri dan Swasta yang tersebar di Jawa Timur.
Pj. Gubernur Adhy mengatakan, program pembagian seragam gratis bagi siswa tidak mampu ini adalah bentuk kepedulian pemerintah, dengan harapan semua anak bisa bersekolah tanpa terkendala seragam.
Keperluan seragam, kata Pj. Gubernur Adhy, sering kali menjadi alasan bagi anak-anak untuk tidak melanjutkan sekolah. Untuk itu, ia menegaskan bahwa melalui program ini pemerintah hadir untuk memutus permasalahan tersebut.
"Yang menjadi masalah adalah mereka yang kurang mampu dan sulit untuk membeli seragam. Di sini kita beri seragam secara gratis," katanya.
"Kita beri satu stel seragam putih abu-abu dan pramuka. Beserta kerudungnya juga," imbuh Adhy.
Pembagian puluhan ribu seragam gratis tersebut berhasil mendapatkan Rekor MURI sebagai pembagian seragam gratis terbanyak di Indonesia.
Sejalan dengan Pj Gubernur Adhy, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Aries Agung Paewai mengatakan bahwa pemberian seragam gratis bagi siswa tidak mampu merupakan jawaban dari Pemprov Jatim akan kekhawatiran orang tua atau Wali Murid terhadap keperluan seragam sekolah anaknya. Utamanya para orangtua dari keluarga tidak mampu.
Seragam sekolah, sambung Aries, termasuk salah satu kebutuhan penting bagi siswa sebagai bentuk identitas sehari-hari. Sehingga, perlu dialokasikan khusus untuk membantu yang kesulitan untuk memperoleh seragam.
"Harapannya, tidak akan ada lagi cerita dimana anak putus sekolah karena tidak mampu membeli seragam. Kita fasilitasi semangat belajar mereka. Jangan sampai cita-cita mereka terputus karena keterbatasan seragam," katanya.***SO