Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Wagub Emi Elestianto Dardak Pada Upacara Peringati hari Lahir Pancasila di Gedung Negara Grahadi.(Ist)
Surabayasatu.net - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan seluruh OPD Pemprov Jatim, mengikuti Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila secara virtual di Gedung Negara Grahadi. Sedangkan sebagai kepala OPD berada di kantor masing masing.
Yang menarik dari upacara ini, tidak lain pakaian yang dikenakan Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak, serta para kepala OPD yang ikut dalam upacara.
Pakaian yang dikenakan mencuri perhatian. Mereka kompak mengenakan pakaian khas Jawa Timur. Gubernur Khofifah tampak elegan dengan kebaya warna hitam bermotif batik, sedangna Wagub Emil Dardak mengenakan beskap warna hitam.
Tak kalah menariknya pakaian para Kepala OPD, juga bermacam macam. Ada yang mengenakakan pakain khas Madura dan ada juga yang mengenakan pakiaan khas warog asal Ponorogo.
Pelaksanaan upacara berlangsung hikmat. Gubernur Khofifah Indar Parawansa dalam kesempatan itu mengatakan bahwa ada dua pekerjaan rumah besar dalam menjaga eksistensi Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Khofifah usai Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila secara virtual di Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, Rabu (1/6/2022).
Tantangan Pancasila, kata dia, pertama, semakin merebaknya ideologi alternatif melalui media sosial yang mudah diakses oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, dan konsumerisme.
Menurutnya, hal ini jika tidak dicari solusi efektif dapat menjadikan masyarakat kehilangan daya tarik untuk memahami dan mendalami nilai-nilai Pancasila.
Tantangan kedua, lanjut Khofifah, adalah eksklusivisme sosial akibat tsunami globalisasi yang mengarah kepada mengentalnya politik identitas baik karena alasan agama, etnik dan kepentingan, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA.
"Jika hal ini tidak ditangani secara tuntas, maka dapat berdampak pada tereduksinya persatuan dan kesatuan bangsa bahkan bisa berdampak pada perpecahan bangsa. Bonus demografi yang saat ini terjadi di Indonesia juga menjadi tantangan lain untuk menguatkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah era disrupsi global," imbuhnya.
Khofifah mengatakan bahwa fenomena tersebut menjadi tantangan bersama seluruh warga bangsa karena Pemerintah tidak mampu berjalan sendiri untuk menghadapi hal ini.
"Karenanya, membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan atau pembelajaran berkesinambungan menjadi sesuatu yang mutlak harus dilakukan di semua lini kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga mengingatkan agar Peringatan Hari lahir Pancasila jangan hanya berakhir sebagai sebuah rutinitas dan seremonial, tapi harus menjadi momentum untuk membangun kebersamaan menuju peradaban baru.
Pancasila, kata Khofifah, harus direpresentasikan sebagai sebuah ideologi toleransi, ideologi pluralisme, ideologi multikulturalisme, dan ideologi kemanusiaan serta keadilan dan kesejahteraan. Dengan begitu, tidak ada satu anak bangsa pun yang merasa menjadi minoritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Saya ingin mengutip pidato Bung Karno dimana beliau menyampaikan bahwa sangat sulit sekali mempersatukan rakyat Indonesia itu jikalau tidak didasarkan atas Pancasila. Hal tersebut menjadi penegas bahwa Pancasila menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, merajut keragaman menjadi kekayaan, dan mengikat kebangsaan ditengah kemajemukan," pungkasnya.**SO